BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Cahaya
matahari adalah sumber energi utama bagi kehidupan seluruh makhluk hidup di
dunia. Bagi manusia dan hewan cahaya matahari adalah penerang dunia ini. Selain
itu, bagi tumbuhan khususnya yang berklorofil cahaya matahari sangat menentukan
proses fotosintesis. Fotosintesis adalah proses dasar pada tumbuhan untuk
menghasilkan makanan.
Kekurangan
cahaya matahari akan mengganggu proses fotosintesis dan pertumbuhan, meskipun
kebutuhan cahaya tergantung pada jenis tumbuhan. Selain itu, kekurangan cahaya
saat perkecambahan berlangsung akan menimbulkan gejala etiolasi cepat namun
lemah dan daunnya berukuran kecil, tipis, dan berwarna pucat (tidak hijau).
Sebaliknya, tumbuhan yang tumbuh di tempat terang menyebabkan tumbuhan tumbuh
lebih lambat dengan kondisi relative pendek, daun berkembang labih lebar, lebih
hijau, tampak lebih segar dan batang kecambah lebih kokoh.
Misalnya
saja pada tanaman Lombok. Bagi masyarakat Asia khususnya penduduk Indonesia
tanaman Lombok adalah tanaman yang sangat penting. Dikarenakan Indonesia sangat
terkenal dengan masakan yang berbumbu sangat pedas. Selain itu Indonesia adalah
Negara agraris yang sebagian besar penduduknya bekerja sebagai petani. Selain
itu juga banyak lahan penduduk yang ditanami rempah-rempah khususnya Lombok.
Namun
dibalik segala kegunaannya pertumbuhan Lombok yang baik itu dipengaruhi oleh
beberapa faktor, salah satunya adalah pengaruh cahaya terhadap perkecambahan
tanaman Lombok. Pada intinya cahaya sangat penting dan sangat berpengaruh
terhadap pertumbuhan yang optimal pada satu tumbuhan, oleh karena itu kelompok
kami tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Pengaruh Intesitas Cahaya
Pada Perkecambahan Tanaman Lombok”.
1.2 Rumusan Masalah
“
Bagaimanakah pengaruh intesitas cahaya
pada perkecambahan tanaman lombok ? ”
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
perbedaan antara tumbuhan yang tumbuh dengan cahaya matahari dan tanaman yang
tumbuh tanpa adanya cahaya matahari. Dengan penelitian ini kami juga ingin
mengetahui apakah benar tanaman yang terkena cahaya matahari akan tumbuh lebih
optimal daripada tumbuhan yang tidak terkena cahaya matahari. Manfaat yang kita
ambil adalah kita dapat mengetahui pengaruh cahaya matahari terhadap
pertumbuhan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar Teori
Pengertian Pertumbuhan dan Perkembangan
Pertumbuhan adalah pertambahan ukuran (massa,panjang) secara kuantitatif yang
dihasilkan dari pertambahan jumlah sel dan bersifat irreversible (tidak dapat
kembali). Perkembangan adalah proses menuju kedewasaaan secara kualitatif
terhadap pengembangan tubuh organisme.
Cabai berasal dari dunia baru (Meksiko,
Amerika Tengah dan Pegunungan Andes di Amerika Selatan). Penyebab rasa pedas
pada cabai adalah capcaisin yang bervariasi menurut varietas dan dipengaruhi
iklim.
Jenis cabai :
1.
Cabai besar ( Capsicum annum) :
a)
Cabai merah ( Capsicum annum var. longnum )
b)
Paprika ( Capsicum annum var grossum)
c)
Cabai hijau ( Capsicum annum var. annum)
2.
Cabai rawit ( Capsicum futescens)
a)
Cabai jemprit
b)
Cabai ceplik
c)
Cabai putih
Masyarakat yang pertama kali
memanfaatkan dan mengembangkan cabai adalah orang Inca di Amerika Selatan,
orang Maya di Amerika Tengah, dan orang Aztek di Meksiko. Mereka
memanfaatkannya sebagai bumbu masakan.
Tanaman cabai termasuk tanaman semusim
(annual) yang berbentuk perdu, tumbuh tegak dengan batang berkayu dan bercabang
banyak. Tinggi tanaman dewasa antara 65 – 170 cm dan lebar tajuk 50 – 100 cm.
Dalam dunia tumbuh-tumbuhan (Plantarum),
tanaman cabai tergolong dalam tumbuhan yang menghasilkan biji (Spermatophyta).
Biji cabai tertutup oleh kulit buah
sehingga termasuk dalam golongan tumbuhan berbiji tertutup (Angiospermae). Lembaga pada biji cabai
terbagi dalam dua daun lembaga, sehingga dimasukkan dalam kelas tumbuhan
berbiji belah (Dicotyledoneae).
Hiasan bunganya termasuk lengkap, yaitu terdiri atas kelopak dan mahkota,
dengan daun-daun mahkota yang berlekatan menjadi satu, sehingga dimasukkan
dalam sub-kelas Sympetalae.
Perakaran tanaman cabai merupakan akar
tunggang yang terdiri atas akar utama (primer) dan akar lateral (sekunder).
Dari akar lateral keluar serabut-serabut akar (akar tersier). Panjang akar
primer berkisar 35 – 50 cm. Akar lateral menyebar dengan panjang berkisar 35 –
45 cm. Batang Tanaman Cabai Batang utama tanaman cabai tegak lurus dan kokoh,
tinggi sekitar 30 – 40 cm, dan diameter batang sekitar 1,5 – 3,0 cm. Batang
utama berkayu dan berwarna cokelat kehijauan.
Pada budidaya cabai intensif pembentukan
kayu pada batang utama mulai terjadi pada umur 30 – 40 hari setelah tanam
(HST). Pada setiap ketiak daun akan tumbuh tunas baru yang dimulai pada umur 10
– 15 HST.Cabai termasuk dalam jenis holtikultura (sayur-sayuran) atau jenis
tanaman perkebunan yang rasanya pedas. Rasa pedas ini dapat mendorong nafsu
makan, bahkan rasa pedas ini dapat bermanfaat untuk mengatur peredaran darah,
memperkuat jantung, mencegah flu/demam dan membangkitkan semangat dalam tubuh.
Akar cabai adalah akar tunggang,
sedangkan batangnya tegak lurus bisa mencapai 100 cm. Daun berwarna hijau,
bunganya berbentuk seperti terompet dan termasuk bunga yang lengkap (ada
mahkota, benang sari, kelopak bunga dan putik). Bunga keluar dari ketiak daun.
Buah cabai banyak mengandung vitamin A
yang dapat mencegah kebuataan, sedangkan vitamin C dapat dimanfaatkan untuk
bahan campuran industri makanan dan obat-obatan. Daun cabai bisa digunakan
untuk mengobati luka. Untuk merangsang agar ayam cepat bertelur, dengan cara
membubuhi cabai ke makanannya.
2.2 Klasifikasi tanaman
Botani
Tanaman Cabai Rawit
Cabai
rawit (Capsicum annuum L.) termasuk ke dalam famili Solanaceae. Terdapat sekitar 20-30 spesies yang termasuk
ke dalam genus Capsicum, diantaranya adalah lima spesies yang telah
dibudidayakan, yaitu : C. baccatum, C. pubescens, C. annuum, C. chinense dan C.
frutescent.
Klasifikasi Tanaman Cabai :
a) Kingdom :
Plantae
b) Divisi :
Spermathophyta
c) Subdivisi :
Angiospermae
d) Kelas :
Dicotyledon
e) Subkelas :
Sympetalae
f)
Ordo :
Tubiflorae (solanales)
g) Famili :
Solanaceae
h) Genus :
Capsicum
i)
Spesies :
Capsicum annum L
Perkecambahan adalah proses pertumbuhan
embrio dan komponen-komponen biji yang memiliki kemampuan untuk tumbuh secara
normal menjadi tumbuhan baru. Komponen biji tersebut adalah bagian kecambah
yang terdapat didalam biji, misalnya radikula dan plumula.
Proses perkecambahan dipengaruhi oleh
oksigen, suhu, dan cahaya. Oksigen dipakai dalam proses oksidasi sel untuk
menghasilkan energi. Perkecambahan diawali dengan penyerapan air dari
lingkungan sekitar biji, baik tanah, udara, maupun media lainnya. Perubahan
yang teramati adalah membesarnya ukuran biji yang disebut tahap imbibisi
(berarti "minum"). Biji menyerap air dari lingkungan sekelilingnya,
baik dari tanah maupun udara (dalam bentuk embun atau uap air. Efek yang
terjadi adalah membesarnya ukuran biji karena sel-sel embrio membesar) dan biji
melunak. Proses ini murni fisik. Perkecambahan meningkatkan daya cerna karena
berkecambah merupakan proses katabolis yang menyediakan zat gizi penting untuk
pertumbuhan tanaman melalui reaksi hidrolisis dari zat gizi cadangan yang
terdapat di dalam biji. Melalui germinasi, nilai daya cerna kacang-kacangan
akan meningkat, sehingga waktu pemasakan atau pengolahan punmenjadi lebih
singkat. Pada saat berkecambah terjadi hidrolisis karbohidrat, protein dan lemak
menjadi senyawa yang lebih sederhana, sehingga mudah dicerna. Selama proses
itu pula terjadi peningkatan jumlah
protein dan vitamin, sedangkan kadar lemaknya mengalami penurunan. Perkecambahan memerlukan suhu yang
tepat untuk aktivasi enzim. Perkecambahan tidak dapat berlangsung pada suhu
yang tinggi, karena suhu yang tinggi dapat merusak enzim. Pertumbuhan umumnya
berlangsung baik dalam keadaan gelap.
Perkecambahan memerlukan hormone auksin
dan hormone ini mudah mengalami kerusakan pada intensitas cahaya yang tinggi.
Karena itu di tempat gelap kecambah tumbuh lebih panjang daripada di tempat
terang. (Istamar Syamsuri, 2004) Adapun tahapan pertumbuhan dan perkembangan
tumbuhan sehingga terjadinya
perkecambahan adalah sebagai berikut :
a) Pembelahan
sel : Jumlah
bertambah banyak
b) Spesialisasi : Sel-sel
yang sejenis berkelompok
c) Diferensiasi
sel : Sel-sel
mengalami perbedaan bentuk dan fungsi
d) Organogenesis
sel : Proses
pembentukkan organ-organ tumbuhan
e) Morfogenesis sel : Kekhususan
antar organ dalam bentuk dan fungsi
f)
Perkecambahan : Proses
pertumbuhan biji menjadi makhluk hidup baru
Jenis perkecambahan:
Berdasarkan letak kotiledonnya,
perkecambahan dibedakan atas:
1.
Perkecambahan
tipe epigaeal,
Perkecambahan
yang ditandai dengan posisi kotiledon berada di atas permukaan tanah. Biasanya
terjadi pada tanaman dikotil.
1.
Perkecambahan
tipe hipogaeal
Perkecambahan yang ditandai dengan
posisi kotiledon (biji) tetap berada di dalam tanah. Biasanya terjadi pada
tanaman monokotil Perkecambahan.
2.3 Faktor-faktor
yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan cabai.
A.
Faktor Internal
1.
Gen
Gen adalah faktor
pembawa sifat menurun yang ada dalam sel makhluk hidup. Gen bekerja untuk
mengkodekan aktivitas dan sifat yang khusus dalam pertumbuhan dan perkembangan.
2. Hormon
Hormon merupakan zat pengatur tumbuh, yaitu molekul organik
yang dihasilkan oleh satu bagian tumbuhan dan ditransportasikan ke bagian lain
yang dipengaruhinya.Hormon dalam konsentrasi rendah menimbulkan respons
fisiologis.
Ada 2
kelompok hormon yaitu :
a)
Hormon pemicu
pertumbuhan (auksin, giberelin dan sitokinin)
b) Hormon
penghambat pertumbuhan (asam absisat, gas etilen, hormon kalin dan asam
traumalin
3.
Enzim
Enzim merupakan suatu makromolekul (protein) yang mempercepat
suatu reaksi kimia dalam tubuh makhluk hidup (Biokatalisator). Suatu rangkaian
reaksi dalam tubuh makhluk hidup tidak dapat berlangsung hanya melibatkan satu
jenis enzim.Perbedaan jenis gen menyebabkan terjadinya perbedaan respons
pertumbuhan terhadap kondisi lingkungan yang sama
B. Faktor Eksternal
1. Air dan mineral
Masuknya air kedalam biji
aktifnya enzim-enzim untuk proses metabolisme, membongkar cadangan
makanan dalam kotiledon / endosperm Hasil pembongkaran berupa sumber energi
sebagai bahan penyusun komponen sel, dan pertumbuhan embrio.
2.
Cahaya matahari
Cahaya
merupakan faktor utama sebagai sumber energi dalam fotosintesis, Untuk
menghasilkan energi. Kekurangan cahaya akan mengganggu proses fotosintesis dan
pertumbuhan, meskipun kebutuhan cahaya tergantung pada jenis tumbuhan. Kekurangan cahaya pada
saat perkecambahan berlangsung akan menimbulkan gejala etiolasi, dimana batang
kecambah akan tumbuh lebih cepat namun lemah dan daunya berukuran lebih kecil,
tipis, dan berwarna pucat.
Pengaruh
cahaya bukan hanya tergantung kepada intensitas ( kuat penyinaran ) saja, namun
ada factor lain yang terdapat pada cahaya, yaitu berkaitan dengan panjang
gelombangnya. Penelitian yang dilakukan oleh Hendricks dan Borthwick pada tahun
1984, menunjukkan bahwa cahaya yang berpengaruh terhadap pertumbuhan adalah
pada spectrum merah dengan panjang gelombang 660nm.Percobaan dengan menggunakan
spectrum infra merah dengan panjang gelombang 730nm memberikan pengaruh yang
berlawanan. Substansi yang merespons terhadap spectrum cahaya adalah fitokrom
suatu protein warna pada tumbuhan yang mengandung susunan atom khusus yang
mengabsorpsi cahaya.
Pada
tahap pertama, energi matahari ditangkap oleh pigmen penyerap cahaya dan diubah
menjadi bentuk energy kimia, ATP, dan senyawa pereduksi NADPH. Proses ini
disebut tahap reaksi terang.
3.
Suhu
Tiap kenaikan suhu 10º C, kecepatan
reaksi enzim menjadi dua kali lipat. Hal ini berlaku dalam batas suhu yang
wajar. Kenaikan suhu berhubungan dengan meningkatnya energi kinetik pada molekul
substrat dan enzim. Pada suhu yang lebih tinggi, kecepatan molekul substrat
meningkat. Sehingga, pada saat bertubrukan dengan enzim, energi molekul
substrat berkurang. Hal ini memudahkan molekul substrat terikat pada sisi aktif
enzim.
Peningkatan suhu yang
ekstrim dapat menyebabkan atom-atom penyusun enzim bergetar sehingga ikatan
hidrogen terputus dan enzim terdenaturasi. Denaturasi adalah rusaknya bentuk
tiga dimensi enzim dan menyebabkan enzim terlepas dari substratnya. Hal ini,
menyebabkan aktivitas enzim menurun, denaturasi bersifat irreversible (tidak
dapat balik).
Setiap enzim mempunyai suhu optimum, sebagian besar enzim manusia mempunyai
suhu optimum 37º C. Sebagian besar enzim tumbuhan mempunyai suhu optimum 25º C.
4.
Nutrisi
Nutrisi terdiri atas unsur-unsur atau
senyawa-senyawa kimia sebagai sumber energi dan sumber materi untuk sintesis
berbagai komponen sel yang diperlukan selama pertumbuhan.
5.
Kelembapan
Tanah dan udara yang lembab berpengaruh
terhadap pertumbuhan. Sampai pada batas-batas
tertentu, makin tinggi kadar air, pertumbuhan akan makin cepat. Karena lebih
banyak kadar air yang diserap dan lebih sedikit yang diuapkan, akan menyebabkan
pembentangan sel-sel, dengan demikian sel-sel lebih cepat mencapai ukuran
maksimalnya.
2.4 Hormon Pada Tumbuhan Yang Mempengaruhi pada
Percobaan Kami
Auksin
Jaringan penghasil pada
tunas apikal, daun muda, embrio dalam sel. Merangsang perpanjangan
sel batang dan merangsang pertumbuhan sel akar, diferensiasi, percabangan,
dominansi tunas apikal, perkembangan bakal buah, fototropisme dan
gravitropisme.
Giberelin
Senyawa ini dihasilkan
oleh jamur Giberella fujikuroi atau Fusarium moniliformae, ditemukan oleh F.
Kurusawa. Fungsi giberelin :
a)
Pemanjangan tumbuhan
b) Berperan
dalam partenokarpi
Sitokinin
Pertama kali ditemukan
pada tembakau. Hormon ini merangsang pembelahan sel.
Gas
etilen
Banyak ditemukan pada
buah yang sudah tua.
Asam
absiat
Asam absiat berfungsi untuk :
a)
Menghambat pembelahan
dan pemanjangan sel.
b) Menunda
pertumbuhan atau dormansi.
c)
Merangsang penutupan
mulut daun pada musim kering, sehingga mengurangi aktifitas transpirasi.
Florigen
Hormon yang berfungsi
untuk merangsang pembentukan bunga.
Kalin
Hormon yang berfungsi
merangsang organ tumbuhan. Hormon pertumbuhan organ, terdiri dari :
a)
Rhizokalin : Hormon
yang merangsang pembentukan akar, identik dengan vitamin B
b) Kaulokalin
: Hormon yang merangsang pembentukan batang
c)
Filokalin : Hormon yang
merangsang pembentukan daun
d) Antokalin
: Hormon yang merangsang pembentukan bunga
Asam
traumalin atau kambium luka
Merangsang pembelahan
sel di daerah luka sebagai mekanisme untuk menutupi luka.
2.5 Hipotesa
Untuk
mengarahkan jalannya penelitian ini maka diajukan hipotesis bahwa intensitas
cahaya yang berbeda pada tanaman cabai akan memberikan hasil penelitian yang
berbeda-beda.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Waktu dan
Tempat Penelitian
a.
Waktu
penelitian : September-Oktober tahun
2014
b.
Tempat penelitian :
Dilakukan dirumah anggota peneliti (Anggi Y. Ambarayu)
3.2 Populasi dan Sampel
a.
Populasi : 9 bibit tanaman cabai dengan variasi sama
b.
Sampel : 9 pot @ 1 biji ( 9 biji ) dengan variasi
sama
3.3 Identifikasi Variabel
1.
Bebas : Intesitas cahaya matahari
2.
Terikat : Perkecambahan tanaman cabai
3.4 Definisi Operasional Variabel
1.
Bebas
Yang dimaksud intensitas cahaya matahari dalam penelitian
ini adalah
a) perlakuan pada 3 tanaman yang diletakkan dalam ruangan
tertutup dan tidak terkena cahaya matahari,
b) 3 tanaman yang diletakkan di ruangan terbuka dan terkena
cahaya matahari secara langsung setiap hari,
c) 3 tanaman yang diletakkan di ruangan terbuka yang terkena
cahaya matahari secara langsung setiap 3 hari sekali.
2.
Terikat
Mengamati perkecambahan cabai dengan mengukur tinggi batang menggunakan mistar dengan satuan milimeter dan
mengamati perbedaan warna batang/daun setiap 3 hari sekali selama 12 hari.
3.5 Prosedur kerja
3.5.1 Alat dan Bahan
1.
9 buah pot/gelas plastic yang masing-masing yang sudah diberi tanah
setinggi ±5 cm.
2.
Mistar (milimeter).
3.
Sembilan biji cabai yang sudah di keringkan.
4.
Air
5.
Cahaya matahari
3.5.2 Langkah kerja
1.
Menyiapkan alat dan bahan.
2.
Menganbil biji cabai yang sudah dikeringkan.
3.
Menanam 3 biji cabai ke pot I dan meletakkan di dalam ruangan yang tidak
terkena cahaya matahari yang ditandai dengan nama “Perlakuan I”.
4.
Menanam 3 biji cabai ke pot II dan meletakkannya di luar ruangan yanga
terkena matahari secara langsung yang ditandai dengan nama “Perlakuan II”.
5.
Menanam 3 biji cabai ke pot III dan pada hari pertama hingga hari ketiga di
letakkan di dalam ruangan, pada hari keempat di letakkan diluar ruangan yang
terkena cahaya matahari. Dan pada hari kelima hingga hari ketujuh diletakkan
lagi di dalam ruangan. Dan dilakukan hal yang sama terus menerus yang ditandai
dengan nama “Perlakuan III”.
6.
Menyirami tanaman cabai setiap hari pada sore hari.
7.
Mengukur ukuran perkecambahan tiap-tiap tanaman cabai dan mengamati warna
batang/daun setiap 4 hari sekali selama 2 minggu.
8.
Mencatat hasil pengamatan ke dalam tabel hasil penelitian.
3.6 Tabel Pengamatan
Data 1
Perlakuan I (Terkena Cahaya Matahari)
Pengamatan (Tanggal)
|
Tinggi Batang
|
|||
Tanaman 1
|
Tanaman 2
|
Tanaman 3
|
Rata-Rata
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Perlakuan II
(Tidak Terkena Cahaya Matahari)
Pengamatan (Tanggal)
|
Tinggi Batang
|
|||
Tanaman 1
|
Tanaman 2
|
Tanaman 3
|
Rata-Rata
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Perlakuan III (Terkena
Cahaya Matahari Setiap 3 Hari Sekali)
Pengamatan (Tanggal)
|
Tinggi Batang
|
|||
Tanaman 1
|
Tanaman 2
|
Tanaman 3
|
Rata-Rata
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Data 2 :
Perlakuan I (Terkena Cahaya Matahari)
Pengamatan (Tanggal)
|
Warna Batang/Daun
|
|||
Tanaman 1
|
Tanaman 2
|
Tanaman 3
|
Rata-Rata
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Perlakuan II (Tidak Terkena
Cahaya Matahari)
Pengamatan (Tanggal)
|
Warna Batang/Daun
|
|||
Tanaman 1
|
Tanaman 2
|
Tanaman 3
|
Rata-Rata
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Perlakuan III (Terkena Cahaya
Matahari Setiap 3 Hari Sekali)
Pengamatan (Tanggal)
|
Warna Batang/Daun
|
|||
Tanaman 1
|
Tanaman 2
|
Tanaman 3
|
Rata-Rata
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
1)
Tabel Pengamatan
Data
1
Perlakuan I (Terkena Cahaya Matahari)
Pengamatan (Tanggal)
|
Tinggi Batang
|
|||
Tanaman 1
|
Tanaman 2
|
Tanaman 3
|
Rata-Rata
|
|
29 September 2014
|
24 mm
|
33 mm
|
18 mm
|
25 mm
|
01 Oktober 2014
|
26 mm
|
36 mm
|
24 mm
|
28,7 mm
|
03 Oktober 2014
|
31 mm
|
39 mm
|
29 mm
|
33 mm
|
05 Oktober 2014
|
47 mm
|
40 mm
|
35 mm
|
40,7 mm
|
Perlakuan II
(Tidak Terkena Cahaya Matahari)
Pengamatan (Tanggal)
|
Tinggi Batang
|
|||
Tanaman 1
|
Tanaman 2
|
Tanaman 3
|
Rata-Rata
|
|
29 September 2014
|
28 mm
|
16 mm
|
25 mm
|
52,3 mm
|
01 Oktober 2014
|
33 mm
|
24 mm
|
37 mm
|
31,3 mm
|
03 Oktober 2014
|
35 mm
|
28 mm
|
39 mm
|
34 mm
|
05 Oktober 2014
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Perlakuan III (Terkena
Cahaya Matahari Setiap 3 Hari Sekali)
Pengamatan (Tanggal)
|
Tinggi Batang
|
|||
Tanaman 1
|
Tanaman 2
|
Tanaman 3
|
Rata-Rata
|
|
29 September 2014
|
18 mm
|
26 mm
|
11 mm
|
47,67 mm
|
01 Oktober 2014
|
26 mm
|
35 mm
|
16 mm
|
25,7 mm
|
03 Oktober 2014
|
32 mm
|
37 mm
|
26 mm
|
31,7 mm
|
05 Oktober 2014
|
36 mm
|
39 mm
|
34 mm
|
36,3 mm
|
Data 2 :
Perlakuan I (Terkena Cahaya Matahari)
Pengamatan (Tanggal)
|
Warna Batang/Daun
|
|||
Tanaman 1
|
Tanaman 2
|
Tanaman 3
|
Rata-Rata
|
|
29 September 2014
|
Hijau
|
Hijau
|
Hijau
|
Hijau
|
01 Oktober 2014
|
Hijau
|
Hijau
|
Hijau
|
Hijau
|
03 Oktober 2014
|
Hijau
|
Hijau
|
Hijau
|
Hijau
|
05 Oktober 2014
|
Hijau
|
Hijau
|
Hijau
|
Hijau
|
Perlakuan II (Tidak Terkena
Cahaya Matahari)
Pengamatan (Tanggal)
|
Warna Batang/Daun
|
|||
Tanaman 1
|
Tanaman 2
|
Tanaman 3
|
Rata-Rata
|
|
29 September 2014
|
Hijau
|
Hijau
|
Hijau
|
Hijau
|
01 Oktober2014
|
Hijau
|
Hijau
|
Hijau
|
Hijau
|
03 Oktober 2014
|
Hijau Kekuningan
|
Hujau Kekuningan
|
Hijau Kemerahan
|
Hijau
Kekuningan
|
05 Oktober 2014
|
Coklat
|
Coklat
|
Coklat
|
Coklat
|
Perlakuan III (Terkena
Cahaya Matahari Setiap 3 Hari Sekali)
Pengamatan (Tanggal)
|
Warna Batang/Daun
|
|||
Tanaman 1
|
Tanaman 2
|
Tanaman 3
|
Rata-Rata
|
|
29 September 2014
|
Hijau
|
Hijau
|
Hijau
|
Hijau
|
01 Oktober 2014
|
Hijau
|
Hijau
|
Hijau
|
Hijau
|
03 Oktober 2014
|
Hijau
|
Hijau
|
Hijau
|
Hijau
|
05 Oktober 2014
|
Hijau
|
Hijau
|
Hijau kekuningan
|
Hijau
|
2)
Grafik
3)
Gambar
4.2 Pembahasan
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan telah
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan perkecambahan di tempat yang memiliki
intensitas cahaya yang terang dan gelap. Hal ini menunjukkan bahwa gelap atau
terangnya suatu tempat dapat mempengaruhi perkecambahan tanaman cabai.
Bedasarkan
tabel diatas tentang perkecambahan cabai, pada awalnya
tampak bahwa perkecambahan paling cepat adalah tanaman cabai yang hidup di tempat yang gelap dibanding
tanaman cabai yang hidup di tempat yang terang (terkena sinar matahari). Pada
hari pertama pengamatan, dimasing-masing tempat menunjukkan bahwa tanaman cabai belum menunjukkan perbedaan yang signifikan. Dalam jangka waktu 3 hari, ukuran tinggi batang tanaman
cabai di masing-masing tempat mengalami perbedaan yang cukup jauh. Tanaman
cabai yang tidak terkena cahaya matahari tumbuh lebih cepat dibanding dengan
tanaman cabai yang terkena cahaya matahari.
Tanaman
yang ditanam di tempat gelap akan tumbuh lebih cepat/tinggi daripada yang
ditempat terang. Hal ini disebabkan karena pengaruh auksin (hormon
tumbuhan yang mengatur pertumbuhan sel di
meristem ujung ) yang terdapat pada pucuk akan terurai jika terkena cahaya
matahari. Namun, tumbuhan di tempat gelap cenderung
lemah, tampak kuning, pucat, kurus, daunnya tidak
berkembang, dan lama-lama akan mati setelah cadangan makanannya habis. Hal ini disebut sebagai gejala etiolasi. Ini
karena cahaya juga merangsang pembentukan klorofil, tumbuhan di tempat
gelap tidak dapat membuat klorofil dan akhirnya tidak dapat membuat
makanannya sendiri( fotosintesis ). Hal ini
terbukti setelah pengamatan selama satu minggu, tanaman cabai yang tidak
terkena cahaya matahari tersebut mati.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari praktikum yang
telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan yaitu sebagai berikut. Tumbuhan dalam percobaan kali ini
adalah tanaman cabai yang di daerah gelap tumbuh lebih optimal dan cepat karena peristiwa
etiolasi dan tidak terurainya hormon auksin, sehingga akan terus memacu
pertumbuhan batang kacang hijau. Meskipun tanaman cabai ini tumbuh lebih
tinggi, tetapi dengan kondisi fisik tanaman yang kurang baik, batang terlihat
kurus tidak sehat, warna batang dan daun pucat serta kekurangan klorofil
sehingga daun terlihat pucat.
Tanaman cabai yang diletakkan di
tempat terang (terkena cahaya matahari
setiap hari) tumbuh lebih pendek karena hormon
auksin ini akan terurai dan terhambat karena terkena cahaya dan rusak sehingga
laju pertambahan tinggi tanaman tidak terlalu cepat. Meskipun tanaman cabai ini tumbuh lebih
pendek, tetapi dengan kondisi fisik tanaman yang sehat, subur, batang terlihat
gemuk, daun terlihat segar dan berwarna hijau serta memiliki cukup klorofil. Sedangkan, tanaman cabai yang terkena cahaya matahari setiap 3 hari sekali tumbuh lebih tinggi namun memiliki fisik yang lebih
lemah dan lebih rentan terkena gejala etiolasi dibanding tanaman yang terkena
cahaya matahari setiap hari.
5.2 Saran
a.
Dalam melakukan suatu
percobaan, lebih baik melakukan percobaan di tempat yang sekiranya tidak ada
sesuatu yang mengganggu seperti hama tanaman, hewan, sehingga percobaan akan
aman dan berhasil.
b.
Dalam mengukur tinggi
kecambah, harus dilakukan secara teliti.
c.
Dalam melakukan
percobaan, hendaknya memperhatikan kualitas lombok yang akan ditanam dan
memperhatikan kondisi lingkungan yang sesuai dengan apa yang ingin diteliti
sehingga hasil percobaan itu baik dan valid.
Daftar Pustaka
LAMPIRAN